PUKUL menunjukkan pukul 09.00 WIB, puluhan ibu-ibu Gampong Lampaseh Kota, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh, terlihat sedang sibuk menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan saat perlombaan toet apam yang digelar oleh pengurus Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Gampong setempat.
Festival toet apam yang dilakukan oleh pengurus PKK Gampong Lampaseh Kota merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap tahunnya, terutama pada bulan Rajab.
Puluhan peserta yang terdiri dari ibu-ibu dan remaja putri itu terlihat sangat antusias dalam mengikuti lomba. Setiap anggota kelompok terdiri dari empat peserta, mereka dengan penuh kekompakan dengan telatennya berhasil menjadikan adonan menjadi apam atau yang lebih dikenal dengan nama surabi.
Kegiatan yang mengangkat tema “Lestarikan Budaya Keuneubah Indatu” itu digelar di Gedung PKK Gampong Lampaseh Kota, Sabtu 11 Februari 2023.
Ketua Tim Penggerak PKK Gampong Lampaseh Kota, Suryani, mengatakan Festival tersebut merupakan ajang perlombaan antar kelompok kerja (Pokja) dalam kepengurusan PKK setempat.
“Festival toet apam ini merupakan bagian dari menjaga tradisi masyarakat Aceh yang digelar setiap bulan Rajab dan sangat kental dengan nilai saling berbagi serta membantu sesama. Setelah dimasak, apam akan dinikmati bersama warga,” kata Suryani.
Suryani menyebutkan, kegiatan ini merupakan bagian dari menjaga dan mencintai tradisi nenek moyang agar tidak hilang ditelan zaman.
“Kegiatan seperti ini harus terus kita kembangkan sebagai upaya melestarikan kuliner yang menjadi tradisi warisan budaya dari indatu. Harapannya tradisi nenek moyang kita yang dilakukan setiap bulan Rajab agar tidak musnah ditelan zaman dan terus berjalan dan semakin dicintai oleh generasi muda, khususnya generasi muda Gampong Lampaseh Kota,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan tersebut juga dapat membangkitkan nilai-nilai sosial dalam bermasyarakat, seperti nilai kebersamaan, gotong royong dan saling membantu serta berbagi.

Salah satu tokoh masyarakat Gampong Lampaseh Kota, Fevi Desy Noliza sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok PKK tersebut. Menurutnya, kegiatan tersebut sangat penting dilakukan di tengah maraknya arus budaya luar di tengah masyarakat.
“Kegiatan festival ini dapat membangkitkan nilai-nilai sosial dalam bermasyarakat, seperti nilai kebersamaan, gotong royong dan saling membantu serta berbagi,” sebut Fevi.
Selain itu, kata Fevi, festival toet apam yang dilakukan oleh Tim Penggerak PKK Gampong Lampaseh Kota selain menjaga tradisi juga dapat melatih kreativitas kaum perempuan dalam meningkatkan skill.
“Momen ini juga dapat menjadi awal kebangkitan kaum perempuan Gampong Lampaseh Kota. Selain menjaga tradisi, jika serius diperhatikan dapat juga menjadi pintu awal dalam membangkitkan perekonomian, seperti menjadikan apam sebagai salah satu kuliner yang dapat dibuat sebagai jajanan tradisional,” kata dia.
Sekilas tentang kuliner bernama Apam
Bagi masyarakat Aceh, apam merupakan cemilan atau kue yang terbuat dari tepung beras yang disuguhkan dengan kuah santan berisikan pisang, buah nangka tua. Citarasanya gurih dan manis.
Adapun proses memasak apam biasanya dilakukan dengan menggunakan belanga tanah liat ukuran kecil. Tepung beras yang telah mencair dimasukkan belanga lalu dibakar sekitar sepuluh menit di atas api.
Sementara bahan bakar yang digunakan berupa kayu atau pelepah pohon kelapa kering Hal ini sengaja dipilih agar kuliner apam masak merata dan tidak hangus.

Kuliner apam ini sangat mudah dijumpai sebulan sebelum tibanya bulan suci Ramadan karena bagi masyarakat Aceh, memasak apam dan menyantapnya secara bersama sama juga sudah menjadi tradisi turun temurun.
Toet apam atau memasak apam merupakan salah satu tradisi yang sudah mengakar dan memiliki nilai filosofi yang sangat mendalam bagi masyarakat Aceh, baik dari perpekstif agama maupun secara sosial budaya.
Selain dijadikan festival pada bulan Rajab, apam juga merupakan sajian khas saat ada hajatan. Hal ini dapat anda jumpai saat menghadiri khanduri atau hajatan, baik itu hajatan pernikahan, syukuran, atau maulid nabi.
Selain menu utama khas sebuah hajatan, tentunya menu yang satu ini (apam) juga menjadi bagian terpenting yang harus dipenuhi oleh tuan rumah.
Pada tahun 2022 tepatnya di bulan Oktober, Kemendikbud telah menetapkan Apam sebagai Warisan Budaya Tak Benda yang berasal dari Kabupaten Pidie.
Dengan kata lain, apam sudah menjadi makanan khas Aceh yang melekat di masyarakat Aceh yang merupakan warisan leluhur yang berasal dari Kabupaten Pidie, hingga akhirnya menyebar ke seluruh wilayah di Provinsi Aceh.[] (Zikirullah)