Jika kebanyakan orang berbuka puasa dengan yang manis, menu berbuka yang satu ini sebaliknya. Kuliner Ie Bu Peudah (bubur nasi pedas) telah lama menjadi santapan takjil khas bulan Ramadan di Aceh.
Ie Bu Peudah adalah masakan yang diolah dari 44 macam jenis dedaunan hutan. Dimasak dengan campuran lada, kunyit, lengkuas, dan bawang putih. Adonan rempah itu kemudian dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut. Rempah yang digunakan sebagai bumbu itu memang berasa sedikit pedas. Karena itu, kemudian makanan ini disebut ie bu peudah, atau air nasi pedas.
Makanan yang hampir serupa dengan bubur kanji ini biasanya dikonsumsi pada waktu tertentu seperti pada bulan Ramadan. Selain itu, masyarakat juga meyakini bahwa ie bu peudah dapat meningkatkan stamina atau memberikan khasiat bagi tubuh, sehingga masyarakat beranggapan bahwa makanan ini dapat meningkatkan stamina tubuh setelah berpuasa seharian.
Ie Bu Peudah merupakan jenis makanan yang seperti bubur nasi dengan tekstur lembut yang memiliki rasa sedikit pedas dan juga terdapat rasa manis, asin serta memiliki aroma yang sangat unik. Rasa dan aroma tersebut berasal dari beberapa jenis rempah yang ditambahkan pada saat pembuatan Ie Bu Peudah.
Dalam pembuatan Ie Bu Peudah bahan baku yang digunakan adalah bumbu yang telah diracik dengan berbagai ramuan bahan-bahan alami yang diperoleh dari berbagai rempah yang kemudian dikeringkan dan dihaluskan. Dalam bumbu Ie Bu Peudah terdapat berbagai jenis rempah dari yang mudah ditemukan sampai yang sulit didapatkan.
Pada umumnya bumbu yang disimpan dalam bentuk bubuk dan dalam kondisi yang kering, sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Sebagian besar dari jenis daun-daun dimanfaatkan sebagai campuran dan pelengkap dalam makanan khas Aceh Ie Bu Peudah. Lebih dari 45 spesies tumbuhan dimanfaatkan dalam pengolahan ie bu peudah dan 40 diantaranya memanfaatkan daun sebagai bahannya.
Pada makanan Ie Bu Peudah mengandung zat bioaktif dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan makanan khas lainnya yang berhubungan dengan kesehatan manusia. Adapun manfaat dari zat bioaktif yang terdapat didalamnya yaitu anti tumor, antioksidan, antibiotik, obat rematik, anti septic, anti lepra, dan obat bagi penderita asma.

Rempah–rempah merupakan bahan tambahan makanan yang biasa digunakan dalam pembuatan makanan Indonesia sehingga menghasilkan rasa dan aroma yang khas. Selain itu, rempah-rempah juga digunakan sebagai bahan penyedap yang menyediakan komponen fitokimia yang aktif sehingga memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan dan melindungi tubuh dari penyakit.
Untuk memasak Ie Bu Peudah, membutuhkan waktu lama, yakni sejak siang atau usai salat Zuhur dan selesai bakda Ashar. Ie Bu Peudah dimasak dengan campuran lada, kunyit, lengkuas, dan bawang putih. Adonan rempah itu kemudian dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut.
Rempah-rempah yang digunakan sebagai bumbu itu berasa sedikit pedas. Karena itu, makanan ini disebut Ie Bu Peudah atau air nasi pedas dengan warna sedikit kecokelatan. Warga meyakini selain untuk menambahkan gizi, makanan ini memiliki khasiat menyembuhkan penyakit, seperti gatal-gatal pada kulit.
Rasa Ie Bu Peudah hampir sama seperti bubur kanji rumbi, atau bubur ayam. Tapi ada yang khas, rasa pedasnya. Ramuan dedauanan yang bercampur jahe, kunyit dan lada dapat membuat orang yang mencicipinya segar dan bertenaga. Jika masuk angin, bubur peudah juga dapat menjadi obat.
Makanan Ie Bu Peudah sudah ada sejak masa kesultanan Aceh. Hingga kini, olahan kuliner leluhur itu masih terjaga di wilayah Aceh Besar, seperti di Gampong Bueng Bak Jok, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.

“Ini sudah menjadi adat istiadat sejak lama, pada masa kesultanan Aceh sudah ada, dan kami masih membudayakan tradisi ini setiap Ramadan tiba,” kata salah satu warga.
Ie Bu Peudah kemudian dibagikan ke seluruh warga desa yang berjumlah sekitar 270 kepala keluarga. Di desanya, masakan ini telah menjadi tradisi setiap tahunnya. Memasaknya dilakukan secara bergotong royong, perempuan mendapatkan bagian untuk menyiapkan bahan, sementara laki-laki bertugas sebagai koki atau juru masak.
“Masaknya khusus pria yang lakukan di masjid, kalau wanita hanya menyiapkan bumbunya saja,” pungkasnya.[] (Mustafa Kamal)
Discussion about this post