Jumat, Desember 1, 2023
telitik.com
No Result
View All Result
  • News
  • Politik
  • Ekonomi
  • Dunia
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Olahraga
  • News
  • Politik
  • Ekonomi
  • Dunia
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Olahraga
No Result
View All Result
telitik.com
Home Gaya Hidup

Pura-Pura Bahagia Ternyata Bisa ‘Bahayakan’ Mental, Ini Penjelasannya

by Redaksi
20 Juni 2023
in Gaya Hidup
A A
Pura-Pura Bahagia Ternyata Bisa ‘Bahayakan’ Mental, Ini Penjelasannya
Share on FacebookShare on Twitter

TELITIK.com, Banda Aceh – Hampir setiap orang mengalami tantangan di berbagai titik dalam hidup. Ada kalanya problem tersebut membuat kita merasa lelah, stres, dan cemas.

Selama masa-masa seperti itu, biasanya norma sosial mendorong Anda untuk menutupi emosi yang sebenarnya. Anda mungkin pernah memiliki pikiran seperti, “Ini semua ada di pikiranmu. Tersenyumlah dan kamu akan merasa lebih baik”.

BacaJuga

Suka Sakit Kepala Usai Minum Kopi? Ini Cara Mengatasinya

Wabah Sesak Napas di China Bikin Khawatir, Begini Kondisinya

Hati-Hati, Duduk Terlalu Lama Bisa Menyebabkan Saraf Kejepit

China Alami Lonjakan Penyakit Pernapasan, Covid Lagi?

Meskipun pikiran positif dapat menjadi alat yang berguna untuk mengatasi problem hidup tertentu, tapi berpura-pura bahagia secara terus-menerus dapat berdampak serius pada kesehatan mental. Hal itu dapat mencegah kita mengatasi akar penyebab masalah.

Berikut ini adalah tiga alasan yang didukung penelitian mengapa terkadang tidak baik untuk terus tersenyum atau berpura-pura bahagia ketika sebenarnya sedang mengalami kesedihan:

  1. Itu memendam emosi yang sebenarnya

Tidak mungkin mengharapkan diri Anda 100 persen jujur tentang apa yang dirasakan. Waktu, tempat, dan situasi sering kali menentukan kesesuaian ekspresi yang membuat Anda harus menjaga perasaan orang lain atau menghormati ruang orang lain.

Menahan dan menutupi emosi yang sebenarnya dengan senyuman untuk kebaikan adalah keterampilan yang baik. Namun, selalu tersenyum untuk menghindari ketidaknyamanan Anda sendiri bisa menjadi tanda toksik.

Satu studi yang diterbitkan di Academy of Management Journal menemukan bahwa pekerja yang mencoba memalsukan emosi mereka, justru menjalani emosi yang memburuk dari waktu ke waktu. Senyum palsu hanya menunda hal yang tak terhindarkan. Meskipun kadang-kadang Anda perlu tersenyum untuk melewati masa-masa sulit, namun terus-menerus melakukan itu sebenarnya lebih berbahaya bagi psikologis dibandingkan mendatangkan kebaikan.

  1. Mengarah pada keyakinan yang tidak realistis

Norma yang ada di masyarakat seolah menyatakan bahwa semakin banyak orang tersenyum, semakin positif perasaan mereka. Padahal, menurut sebuah artikel yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Social Psychology, sering tersenyum sebenarnya bisa menjadi bumerang.

Bukan tindakan tersenyum itu sendiri yang meningkatkan kebahagiaan atau kesejahteraan, tetapi interpretasi senyuman sebagai cerminan kebahagiaan yang lebih berbobot. Sederhananya, keyakinan “Saya bahagia karena saya tersenyum” bisa menjadi kontraproduktif dibandingkan dengan, “Saya tersenyum karena saya bahagia”.

Keyakinan tersebut dapat menyebabkan ekspektasi yang tidak realistis dan membahayakan kesejahteraan:

– “Saya tak terkalahkan, tidak ada yang menyakiti saya” versus “Saya cukup kuat untuk mengatasi rintangan ini”.

– “Hidup saya sempurna” versus “Saya bahagia, saya akan bekerja untuk membuat kehidupan yang lebih baik untuk diri saya sendiri”.

– “Saya yang paling cantik di antara teman-teman saya” versus “Saya suka penampilan saya dan senang berusaha untuk penampilan saya”.

Penegasan yang tidak selaras dengan nilai-nilai internal seseorang dapat menyebabkan penolakan, menciptakan rasa puas diri, dan mengurangi tanggung jawab atas kebahagiaan diri sendiri.

  1. Memberikan kesan yang tidak benar

Dalam upaya meyakinkan diri sendiri tentang kebahagiaan, Anda juga mau tidak mau memberikan kesan yang sama kepada teman dan orang yang Anda cintai, yang mendorong mereka untuk memperlakukan Anda dengan cara tertentu. Sementara representasi diri yang positif pasti dapat mendorong pandangan yang lebih positif, representasi diri yang jujur mengembalikan kebutuhan seseorang akan dukungan sosial.

Dengan mempelajari perilaku individu di Facebook, peneliti menemukan bahwa pengungkapan diri yang tulus memainkan peran penting dalam menandakan kebutuhan seseorang akan dukungan sosial. “Sambil bersembunyi di balik topeng Facebook yang tersenyum, seseorang mungkin masih merasa bahagia. Namun, kebahagiaan seperti itu mungkin tidak berakar pada dukungan sosial yang berarti yang diberikan oleh teman-teman Facebook,” kata penulis utama studi tersebut, psikolog Junghyun Kim.

Terus menerus berpura-pura bahagia dan positif dapat menyebabkan gambaran yang salah tentang keadaan emosi Anda yang sebenarnya. Ini dapat menyebabkan kebingungan emosional, dan memengaruhi orang lain untuk berinteraksi dengan Anda dengan cara yang tidak membantu. Yang terpenting, ini dapat menghalangi Anda mendapatkan bantuan dan dukungan kesehatan mental yang Anda butuhkan.[]

 

| Republika

 

Tags: Gaya HidupLifestylePura-pura Bahagia

Related Posts

Tgk Miswar Ibrahim Dilantik Sebagai Rais Am PB RTA Periode 2023 – 2027

Halo Warga Medan! Pesona The Light of Aceh akan Hadir ke Lokasi Anda

by Redaksi
30 November 2023
0

TELITIK.com, Banda Aceh – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh akan mengadakan Pesona The Light of Aceh “Festival Aceh Meuligoe”...

Musisi Aceh, Subur Dani Rilis Lagu Solidaritas untuk Palestina

Musisi Aceh, Subur Dani Rilis Lagu Solidaritas untuk Palestina

by Redaksi
30 November 2023
0

TELITIK.com, Banda Aceh – Musisi Aceh, Subur Dani merilis lagu berjudul Beknale Ie Mata Gaza yang berarti Jangan Ada Lagi...

Indonesia Larang Kibarkan Bendera Israel, Ini Peraturan Menlu

Suka Sakit Kepala Usai Minum Kopi? Ini Cara Mengatasinya

by Redaksi
29 November 2023
0

TELITIK.com, Banda Aceh – Beberapa orang pernah alami sakit kepala sehabis minum kopi. Kondisi ini merupakan salah satu efek konsumsi...

Next Post
Polda Imbau Warga Tidak Buka Lahan dengan Cara Membakar

Sering Dikira Efek Cuaca Panas, Keluhan Ini Ternyata Gejala Diabetes

Discussion about this post

Berita Terbaru

FIFGROUP Raih 3 Penghargaan pada Human Capital & Performance Award 2023

FIFGROUP Raih 3 Penghargaan pada Human Capital & Performance Award 2023

1 Desember 2023
UIN Raden Fatah Borong Penghargaan di UI Greenmetric se-Indonesia 2023

UIN Raden Fatah Ikuti Presentasi Uji Publik 2023

1 Desember 2023
UIN Raden Fatah Borong Penghargaan di UI Greenmetric se-Indonesia 2023

UIN Raden Fatah Borong Penghargaan di UI Greenmetric se-Indonesia 2023

1 Desember 2023
Tgk Miswar Ibrahim Dilantik Sebagai Rais Am PB RTA Periode 2023 – 2027

Halo Warga Medan! Pesona The Light of Aceh akan Hadir ke Lokasi Anda

30 November 2023
Belasan Ribu Warga Aceh Padati Lokasi Ceramah UAS di Banda Aceh

UNHCR Bantah Tuduhan Kapolda Aceh soal Pengungsi Rohingya

30 November 2023
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2021 telitik.com

No Result
View All Result
  • News
  • Politik
  • Ekonomi
  • Dunia
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Olahraga

© 2021 telitik.com