TELITIK.com, Banda Aceh – Salat dan puasa adalah kewajiban bagi seluruh umat Islam. Keduanya bahkan termasuk ke dalam rukun Islam.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits, “Bertakwalah kepada Tuhanmu (Allah), tegakkan salat lima waktumu, berpuasalah di bulanmu (Ramadan), tunaikanlah zakat harta-hartamu, dan taatilah para pemimpinmu, niscaya kalian semua akan masuk ke dalam surga Tuhanmu.” (HR Tirmidzi dan Abu Dawud)
Meski demikian, kewajiban tersebut tidak berlaku di Vietnam. Merujuk pada riset Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau berjudul The Influence of Hinduism Toward Islam Bani oleh Kamiruddin, Ismardi dkk yang diterbitkan pada 2018, setidaknya ada dua komunitas Islam di Vietnam.
Pertama, komunitas yang berpegang teguh pada Alquran dan hadits. Komunitas muslim ini berkembang di kota-kota besar.
Kedua, komunitas muslim Cham yang cukup kontroversial yakni, Cham Awal (Cham Bani). Kehidupan komunitas muslim ini lekat dengan sentuhan budaya lokal setempat.
Mengenal Muslim Cham Bani di Vietnam
Kehidupan kelompok muslim Cham Bani lekat dengan budaya lokal dalam ritual beragamanya. Tradisi yang dianut mereka adalah tradisi campuran Islam dengan tradisi asli Cham (Hindu) peninggalan nenek moyangnya.
Disebutkan dalam riset Ba Trung dengan judul Bani Islam Cham in Vietnam terbitan 2008, pada bulan suci Ramadan komunitas Muslim Cham tidak menjalankan puasa Ramadan. Lebih tepatnya, mereka tidak mengenal Ramadan tetapi Ramuwan yang berlangsung bersamaan dengan Ramadan.
Sebaliknya, puasa Ramadan hanya diwakili oleh imam atau orang yang dituakan dalam keluarga. Mereka menilai, Ramadan menjadi bulan pelatihan bagi pemuka agama baru, persiapan kematian, dan penyucian.
Masih dari sumber yang sama, tiga hari sebelum Ramadan, Cham Bani akan menggelar sejumlah upacara dan mengunjungi makam leluhur. Lalu, selama Ramadan, mereka mengantar persembahan berisi makanan kepada pemuka agama yang datang ke masjid.
Menurut keyakinan komunitas muslim tersebut, tujuan dari persembahan ini ialah sebagai ketulusan kepada Allah SWT.
Saat di masjid, para pemuka agama melakukan meditasi. Selama tiga hari lamanya mereka tidak berbicara, makan, dan minum.
Setelah periode ini lewat, mereka melanjutkan dengan dakwah di dalam masjid selama 15 hari di bulan Ramadan. Ramadan yang diyakini kelompok muslim ini berlangsung selama 15 hari, bukan 30 hari.
Masih dari riset The Influence of Hinduism Toward Islam Bani (2018), muslim Cham Bani di Vietnam juga tidak melangsungkan ibadah salat lima waktu seperti muslim pada umumnya. Mereka hanya mendirikan salat Jumat dan memandang kewajiban salat bisa diwakilkan melalui perwakilan yang disebut Acar.
Nantinya, Acar ini menitipkan salat dari keluarganya agar kehidupan di dunia dan akhirat berlangsung baik. Lantas, apa penyebab ajaran Islam muslim Cham Bani berbeda dengan Islam pada umumnya?
Penyebab Berbedanya Ajaran Muslim Cham
Dalam riset The Cham Muslims of Vietnam oleh Jay Willoughby terbitan tahun 1999 disebutkan bahwa penyebab berbedanya ajaran Islam Muslim Cham dengan Islam pada umumnya ialah proses Islamisasi yang tidak tuntas. Ketika proses islamisasi di kalangan aristokrasi Kerajaan Champa, tiba-tiba terjadi pertempuran.
Pertempuran inilah yang menyebabkan proses penyebaran dakwah Islam di kalangan masyarakat Champa terputus. Karenanya, ajaran Islam muslim Cham Bani yang sampai kepada penduduk menjadi tidak utuh.
Putusnya ajaran makin memburuk usai Champa terisolasi politik yang menyebabkan mereka tertinggal oleh proses dan perkembangan Islamisasi di Melayu. Khususnya mereka yang tinggal di wilayah Phan Rang dan Phang Ri.
Proses yang terputus itulah menyebabkan lahirnya muslim Cham Bani. Ajaran Islam yang berbeda itu membuat muslim Cham Bani dikucilkan. Meski demikian, banyak ulama yang berupaya untuk meluruskan ajaran Muslim Cham.[] (detik.com)