TELITIK.com, Banda Aceh – Potensi aktivitas gempa megathrust dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Masyarakat Aceh diingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman gempa besar di zona megathrust yang dapat memicu tsunami.
Dosen Fisika FMIPA Universitas Syiah Kuala (USK), Nazli Ismail, mengatakan gempa berpotensi menyebabkan tsunami jika magnitudonya mencapai skala di atas 7. Namun, potensi ini tidak mutlak dan sangat tergantung pada kondisi geometri lokasi kejadian.
“Frekuensi kegempaan di suatu daerah bervariasi, dengan interval waktu antara 5 hingga lebih dari 100 tahun, tergantung pada ukuran gempa. Gempa besar, seperti yang dapat memicu tsunami jarang terjadi, sedangkan gempa kecil dapat terjadi hampir setiap hari,” kata Nazli, Senin, 19 Agustus 2024.
Nazli menerangkan, daerah yang telah mengalami gempa sebelumnya memerlukan waktu untuk mengalami gempa berikutnya. Sedangkan daerah yang belum mengalami gempa mungkin menghadapi risiko dalam waktu dekat.
“Aceh, yang terletak di zona subduksi, menghadapi risiko tinggi megathrust akibat pergerakan lempeng tektonik. Proses ini menyebabkan akumulasi energi yang bisa melepaskan gempa besar,” ungkapnya.
Nazli menambahkan bahwa tanda-tanda awal megathrust sulit dideteksi secara kasat mata. Namun, melalui penelitian mendalam, area berisiko tinggi dapat diidentifikasi. Sejarah kegempaan juga memberikan indikasi mengenai kemungkinan terjadinya gempa di masa depan.
“Dampak dari gempa bisa berbeda tergantung lokasi kejadian. Dampaknya akan langsung terasa pada pemukiman dan infrastruktur, bahkan jika gempa tersebut relatif kecil. Sebaliknya, jika gempa terjadi di dasar laut, dampaknya termasuk kerusakan bangunan dan akan menyebabkan pergerakan air laut. Sehingga itu yang menyebabkan tsunami,” ungkapnya.
Tsunami merupakan dampak utama dari gempa yang sering dianggap sebagai bencana primer. Kerusakan akibat tsunami bisa jauh lebih parah dibandingkan dengan guncangan gempa itu sendiri. Oleh karena itu, kesiapsiagaan terhadap tsunami sangat penting.
“Untuk menghadapi ancaman ini, edukasi kepada masyarakat sangat diperlukan. Ini termasuk bagaimana membangun struktur bangunan yang tahan gempa, prosedur evakuasi, dan cara menyebarluaskan pengetahuan kepada masyarakat sekitar. Kesadaran dan persiapan ini diharapkan dapat meminimalkan risiko dan korban jiwa,” ucap Nazli.
Nazli menuturkan, penting bagi masyarakat untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam melakukan antisipasi dan mengurangi risiko bencana. Ia menjelaskan, megathrust adalah zona subduksi yang memanjang di sebelah barat Pulau Sumatera, dari Lampung hingga Andaman. Proses subduksi ini melibatkan tumbukan antara lempeng Samudera dan lempeng Benua, dengan potensi energi yang besar yang dapat menghasilkan gempa besar.
“Sebagai contoh, gempa besar pada Desember 2004 di Aceh merupakan salah satu dampak megathrust, yang tidak hanya menyebabkan gempa besar tetapi juga tsunami yang memporak-porandakan wilayah sekitarnya,” jelasnya.
Sebelumnya, BMKG telah memperingatkan bahwa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut berpotensi mengalami gempa besar dalam waktu dekat. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya sistem peringatan dini tsunami yang telah dibangun sejak 2006 untuk menghadapi kemungkinan gempa dengan magnitudo lebih dari 8,5. [] (metrotvnews.com)
Discussion about this post