TELITIK.com, Gaza – Pemimpin Hamas yang menjadi buronan, Yahya Sinwar (62) tetap teguh pada komitmennya untuk menghancurkan Israel, meskipun serangan yang diluncurkan pada 7 Oktober tahun lalu telah mengakibatkan kematian puluhan ribu warga Palestina dan kehancuran besar di Gaza.
Dilansir dari Reuters.com, Sabtu, 4 Oktober 2024, beberapa sumber yang dekat dengannya, Sinwar tidak merasa menyesal atas serangan tersebut, yang dianggap sebagai hari paling mematikan dalam sejarah Israel.
Serangan itu mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang, sebagian besar adalah warga sipil, dan lebih dari 250 orang disandera. Tanggapan Israel berupa serangan besar-besaran mengakibatkan lebih dari 41.600 orang Palestina tewas dan 1,9 juta orang mengungsi, menurut otoritas kesehatan Palestina dan data PBB.
Konflik kini meluas ke Lebanon, di mana Israel menargetkan kelompok Hizbullah yang didukung Iran, termasuk mengeliminasi sebagian besar pemimpin mereka. Sinwar telah menarik Iran dan sekutu-sekutunya, termasuk Hizbullah dan milisi dari Yaman serta Irak, ke dalam konflik yang semakin kompleks.
Hassan Hassan, seorang peneliti kelompok Islam, menilai bahwa strategi Sinwar dapat dianggap gagal, dan Poros Perlawanan yang terdiri dari berbagai kelompok mungkin tidak akan pulih dari dampak serangan tersebut.
Meskipun beberapa tanda perbedaan pendapat muncul di kalangan warga Gaza, posisi Sinwar sebagai pemimpin Hamas tampak tidak tergoyahkan. Ia terpilih sebagai pemimpin umum gerakan Islam setelah pendahulunya, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan Israel di Teheran pada bulan Juli.
Sinwar kini beroperasi dari jaringan terowongan di bawah Gaza, sementara sejumlah sumber melaporkan bahwa ia dan saudaranya, yang juga merupakan komandan tinggi, berhasil selamat dari serangan udara Israel yang menargetkan para pemimpin senior Hamas. []