TELITIK.com, Jakarta – Ketua Dekranasda Aceh, Marlina Usman, meminta dukungan konkret untuk para pelaku UMKM dan industri kreatif di Aceh kepada Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (DWP Kemenparekraf), Adinda Yuanita Harsya. Permintaan ini disampaikan dalam pertemuan di Aula Kemenkraf, Gedung Film Pesona Indonesia, Jakarta Selatan, pada Senin, 14 April 2025.
Marlina menggarisbawahi pentingnya strategi pembinaan dan pemasaran yang lebih sistematis bagi produk-produk lokal Aceh yang memiliki potensi besar, baik dari sisi nilai ekonomi maupun budaya. Menurutnya, sinergi lintas sektor sangat dibutuhkan untuk memperkuat pembinaan terhadap manajemen UMKM yang kini tengah menghadapi kendala dalam hal pembiayaan dan pemasaran.
“Kami sangat berharap ada sinergi lintas sektor dalam memperkuat pembinaan terhadap manajemen UMKM, karena banyak dari mereka yang memiliki kreativitas luar biasa, namun terkendala dalam hal pembiayaan dan pemasaran,” ujar Marlina yang didampingi oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Mohd. Tanwir.
Marlina menambahkan, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh UMKM di Aceh saat ini adalah akses terhadap pasar. Banyak pelaku UMKM kesulitan untuk menembus pasar luar daerah karena terbatasnya modal untuk memproduksi ulang produk yang belum laku. Hal ini menghambat peluang untuk mengikuti pameran atau memperluas jangkauan pasar mereka.
“Seringkali mereka tidak bisa menitipkan barang ke luar daerah karena tidak memiliki modal cukup untuk memproduksi ulang jika barangnya belum laku. Akhirnya, peluang untuk mengikuti pameran atau memperluas jangkauan pasar menjadi terbatas,” ungkapnya.
Marlina juga menekankan pentingnya pemanfaatan storytelling dalam pemasaran produk kreatif Aceh. Ia menyarankan agar produk lokal dibalut dengan cerita yang kuat untuk menarik perhatian pasar modern. Sebagai contoh, produk kopi fermentasi atau kopi luar bisa dikembangkan dengan pendekatan serupa yang mengedepankan cerita, seperti konsep kopi gajah yang sukses di Thailand.
Dalam kesempatan tersebut, Marlina turut membahas branding produk lokal seperti birpala yang sempat menimbulkan perdebatan terkait kandungan alkoholnya. Ia menjelaskan bahwa esensi dari birpala bukanlah alkoholnya, melainkan proses fermentasi pala yang menciptakan manfaat kesehatan dan rasa yang khas.
“Kita bicara alkohol, kopi juga punya alkohol. Tapi selama prosesnya tidak untuk memabukkan dan justru menyehatkan, maka pemahamannya perlu diluruskan,” tegasnya.
Ketua Dekranasda juga mendorong keberadaan ruang-ruang distribusi kreatif seperti “Pojok Kreatif” di warung atau pusat UMKM, agar pelaku usaha tidak perlu membuka kios sendiri. Inisiatif ini, menurutnya, akan membantu produk UMKM tampil di depan publik tanpa beban biaya tambahan.
Sementara itu, Penasehat DWP Kemenparekraf, Adinda Yuanita Harsya, yang juga istri dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, menyatakan komitmennya untuk mendukung penuh pengembangan ekonomi kreatif di Aceh. Ia juga mengusulkan agar Aceh bersedia menjadi tuan rumah kegiatan Dekranasda di tingkat nasional sebagai langkah untuk memperkenalkan potensi kreatif daerah ke tingkat yang lebih luas.
Adinda Yuanita juga memberi perhatian pada pembentukan kelembagaan ekonomi kreatif yang lebih kuat di Aceh. Ia mendorong agar Badan Ekraf Aceh dapat segera dipersiapkan sebagai dinas tersendiri untuk meningkatkan kapasitas dalam menjalankan program-program strategis dan kolaboratif.
Di akhir pertemuan, Marlina dan Tanwir menegaskan harapan mereka agar pemerintah pusat dan pemangku kepentingan lainnya dapat mendukung keberlanjutan program pemberdayaan UMKM dan ekonomi kreatif di Aceh, termasuk membuka peluang kolaborasi dengan diaspora Aceh di luar negeri. Salah satunya adalah dengan memperkenalkan produk-produk kreatif Aceh di jaringan kedai runcit di Malaysia, untuk mewujudkan impian produk Aceh go global dengan identitas yang kuat. []