TELITIK.com, Jakarta – The Fed masih mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25 –4,5 persen dalam gelar rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Kamis (8/5) lalu. Ini menjadi katalis positif yang berhasil mengerek naik harga Bitcoin melewati US$ 100.000.
Menurut Coinmarketcap, Jumat, 9 Mei 2025, pukul 15.32, harga per koin Bitcoin sudah berada di level US$ 103.820, naik 4,32 persen secara harian. Secara kumulatif sepekan, kenaikannya sudah mencapai 7.47 persen.
Analis Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, reli Bitcoin saat ini terjadi karena tak ada sinyal negatif dari pertemuan The Fed yang menyulut kekhawatiran pasar soal pasar Bitcoin. Lagipula, kata Fahmi, sentimen positif di pasar kripto masih berkembang.
“Khususnya setelah Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan akan mengumumkan kesepakatan dagang besar dengan sebuah negara yang katanya sangat dihormatinya, yang menurut spekulasi adalah Inggris,” sebut Fahmi dalam keterangan tertulis, Kamis, 7 Mei 2025.
Hingga Selasa Mei 2025 lalu, Bitcoin cenderung melemah di kisaran US$ 93.000. Menjelang pertemuan FOMC, nilainya terus naik perlahan hingga kini di kisaran US$ 100.000. Menurut Fahmi, bukan tak mungkin jika harga Bitcoin meneruskan kenaikannya selagi pelonggaran tarif AS berlanjut.
“Sentimen pasar juga sempat didorong oleh kabar bahwa AS dan China akan memulai kembali pembicaraan dagang di Swiss, yang memunculkan harapan pelonggaran tarif,” kata Fahmi.
Pada pertemuan FOMC lalu, Ketua The Fed Jerome Powell menyebut ekonomi AS masih solid meski ketidakpastian meningkat. Maka dari itu, The Fed mengambil sikap hati-hati dengan mempertahankan suku bunga acuannya.
Pasalnya, masih ada risiko inflasi yang lebih tinggi dan potensi peningkatan pengangguran. Menurut Fahmi, menahan kebijakan moneter tetap stabil menjadi prioritas Powell. Dus, ini cukup meredakan kekhawatiran pasar.
Nah, Fahmi bilang momentum ini dapat dimanfaatkan oleh investor, baik pemula maupun yang telah berpengalaman.
“Salah satu strategi yang bisa dilakukan ialah dollar cost averaging (DCA), yaitu investor mengakumulasi aset secara bertahap setiap periode tertentu seperti misalnya sebulan sekali menjadi opsi yang cukup menarik,” ujar Fahmi.[]